PRASANGKA
PRASANGKA
Allport
(Liliweri, 2005) mengemukakan bahwa prasangka merupakan pernyataan atau
kesimpulan terhadap suatu hal berdasarkan perasaan atau pengalaman yang dangkal
terhadap individu atau kelompok tertentu. Prasangka merupakan antipati
berdasarkan generalisasi yang salah atau tidak luwes. Allport (Ardiningtiyas,
Abidin, & Milla, 2018) mengemukakan prasangka merupakan antipati terhadap
kelompok lain, yang
muncul karena adanya kesimpulan yang salah atau tidak fleksibel. Antipati bisa
ditampakkan pada kelompok secara keseluruhan atau pada individu tertentu. Ahmadi
(2007) mengemukakan bahwa prasangka merupakan sikap negatif yang diperlihatkan
individu atau kelompok tertentu kepada individu lain atau kelompok lain. Nelson (2007) mengemukakan bahwa prasangka
merupakan evaluasi negatif individu atau kelompok terhadap individu lain atau
kelompok lain.
Baca Juga: Yuk Kenali Pengungkapan Diri
Baron
dan Byrne (2004) mengemukakan bahwa prasangka merupakan sebuah sikap yang
biasanya negatif terhadap anggota kelompok berdasarkan keanggotaan mereka.
Prasangka dapat memengaruhi pemrosesan informasi sosial individu, keyakinan
terhadap individu yang termasuk dalam berbagai kelompok dan perasaan kita
terhadap mereka. Johnson (Liliweri, 2005) mengemukakan bahwa prasangka
merupakan sikap positif atau negatif berdasarkan keyakinan individu terhadap
anggota dari kelompok tertentu.
Baca Juga: Perkembangan Emosi
Ardiningtiyas, Abidin, dan Milla (2018)
mengemukakan bahwa prasangka merupakan evaluasi negatif yang diarahkan kepada
individu karena keanggotaannya dalam suatu kelompok. Komponen kognitif yang
mendasari penilaian afektif prasangka, yaitu stereotip. Myers, Allport, Jones,
Worschel (Sarwono, 2015) mengemukakan bahwa prasangka merupakan pengambilan sikap
sebelum menilai dengan cermat,
sehingga terjadi penyimpangan pandangan dari kenyataan yang sebenarnya.
Baca Juga: Teori Memori Part 1 dan Baca Juga: Teori Memori Part 2
Ahmadi (2007) mengemukakan bahwa prasangka
memiliki ciri-ciri, yaitu adanya pembatasan tentang situasi dari pandangan
sebelumnya, sikap tersebut biasanya berlangsung lama, dan tinjauan terhadap
objek mengarah ke arah yang negatif. Prasangka terjadi karena adanya salah sangka, kesalahan informasi,
kesalahpahaman, dan kesalahan intrepretasi. Prasangka terjadi karena adanya
generalisasi yang salah dan tidak fleksibel yang memungkinkan kesalahan
tersebut diungkapkan secara langsung kepada individu lain. Prasangka didasarkan
atas dasar perbandingan. Prasangka dapat menyebabkan individu sulit berpikir
secara objektif dan selalu menilai secara negatif apa yang dilihatnya.
Baca Juga: Teori Bahasa Part 1 dan Baca Juga: Teori Bahasa Part 2
Ahmadi (2007) mengemukakan bahwa usaha
yang dapat dilakukan untuk mengurangi prasangka, yaitu usaha preventif dan
kuratif. Usaha preventif, menciptakan kondisi yang tentram, damai, dan jauh
dari permusuhan. Usaha ini dapat dilakukan dengan memperpendek jarak sosial
dalam mengurangi prasangka.Usaha kuratif, menyadarkan individu yang telah
melakukan prasangka.
Baca Juga: Teori Persepsi
Referensi:
Ahmadi,
A. (2007). Psikologi sosial. Jakarta: Rineka Cipta.
Ardiningtiyas,
Abidin, Z., & Milla, M. N. (2018). Psikologi sosial: Pengantar dalam
teori dan penelitian. Jakarta: Salemba Humanika.
Baron, R. A., & Byrne, D. (2004). Psikologi Sosial edisi
kesepuluh. Jakarta: Erlangga. Terjemahan dari Ratna Djuwita
Liliweri,
A. (2005). Prasangka dan konflik. Yogyakarta: Lkis Yogyakarta.
0 Response to "PRASANGKA"
Posting Komentar