Self-Esteem and Self-Respect

 Self-Esteem and Self-Respect

      Self esteem adalah salah satu landasan dari banyaknya gambaran, sementara dari sisi positif kesehatan mental. Self esteem adalah subyektif, kecendrungan untuk memiliki emosi yang positif dan sikap yang sama positifnya. Dasar dari emosi dan sikap ini dapat dicontohkan seperti mengendarai mobil mewah yang menarik, sukses sebagai pencuri, atau beberapa hal yang tidak bermoral lainnya. Perbedaan lainnya, self esteem termasuk self respect yang merupakan sifat baik dari menyadari nilai diri kita sendiri saat kita melakukan sesuatu yang berdasarkan moral. Ambiguitas ini hadir dalam tulisan-tulisan filsuf dan juga psikologi kesehatan (Martin, 2006).

Baca Juga: Flow dan Prestasi Akademik

      Filsuf pertama yaitu John Rawls menyamakan self esteem dengan self respect yang mencakup perasaan seseorang akan nilai dirinya, keyakinannya yang aman terhadap konsep tentang kebaikannya, rencananya untuk hidup, layak untuk dijalankan, kepercayaan pada kemampuan seseorang, dan sejauh mana kemampuan seseorang untuk memenuhi niatnya. Memang, kata “self esteem” dan “self respect” adalah bahasa yang ambigu. Terkadang mereka menunjukkan sifat menghargai dengan menilai seseorang dengan baik dan mereka hanya menunjukkan self regard  dan kepercayaan diri yang positif. Beberapa filsuf menggunakan self respect untuk menyebut suatu keutamaan, dan mereka menganggap self esteem  hanya sebagai rasa penegasan diri. Sebaliknya, Alan Gewirth mengemukakan bahwa “self respect” dan “self esteem” menunjukkan dua kebajikan yang berbeda. Dimana self respect adalah keutamaan menilai kualitas moral seseorang, termasuk martabat seseorang sebagai seseorang yang bermoral yang layak dihormati oleh orang lain. Sedangkan self esteem (echoing Rawls) adalah keutamaan memiliki rasa aman akan kebaikan seseorang, dan memiliki keyakinan bahwa rencana dan tujuan seseorang bermanfaat dan seseorang memiliki kemampuan untuk melaksanakannya  (Martin, 2006).

Baca Juga: Faktor Pendukung Flow

      Beralih ke psikologi kesehatan, dimana terdapat sedikit makna tentang self esteem meskipun sebagian besar dari mereka berkaitan dengan self respect. Misalnya, Nathaniel Branden, seorang guru dalam literatul swadaya mendefinisikan self esteem sebagai integrasi jumlah dari kepercayaan diri dan self respect. Self respect merupakan kebajikan menilai dengan benar diri sendiri. Branden menambahkan bahwa penegasan diri yang diperlukan harus relatif stabil dan didasarkan pada kepercayaan yang akurat. Demikian  juga, Richard Bednar dan Scott Peterson mengatakan bahwa self esteem adalah perasaan abadi dan nilai pribadi yang afektif berdasarkan persepsi diri yang akurat (Martin, 2006)..

      Terlepas dari variasi ini, ada tumpang tindih yang kuat antara self esteem, seperti yang digunakan dalam mendefinisikan kesehatan mental dan harga diri. Untuk melihat ini, bandingkan contoh seorang ahli etika yang kurang menghargai diri sendiri dengan contoh seorang terapis yang rendah diri. Ahli Etika Thomas E. Hill menggambarkan seorang ''Istri Deferential'' yang berbakti kepada suaminya, mengatur hidupnya untuk memenuhi kebutuhannya, kehidupan di mana ia inginkan, menghibur teman-temannya, membeli pakaian untuk dirinya sendiri yang ia suka, dan berhubungan seks hanya ketika dia ingin melakukannya. Daripada seimbang memberi dan menerima pengorbanan di satu bidang untuk dukungan di bidang lain. The Deferential Wife kurang menghargai diri sendiri (Martin, 2006).

Baca Juga: Pengembangan Flow dalam Meningkatkan Prestasi Akademik

    Antara self-respect dan kesehatan yang mendefinisikan self esteem lebih jelas ketika kita beralih dari low self esteem ke high self esteem. DSM mencirikan gangguan kepribadian narsisistik sebagai kebesaran yang menyebar, arogansi, keangkuhan, dan pencarian kekaguman yang melibatkan evaluasi diri yang terlalu tinggi. Narsistik masuk ke dalam hubungan pribadi hanya ketika melakukan hal yang membawa pengakuan atas keunggulan mereka. Apakah kita mengatakan bahwa narsistik memiliki harga diri yang berlebihan atau tidak adanya harga diri yang tepat, penilaian diri mereka cenderung tidak stabil yang membuat mereka rentan terhadap penghinaan dan kekalahan yang dirasakan (Martin, 2006)..

     Self respect menegaskan nilai moral kita secara keseluruhan, dan prestasi khusus kita. Kant mengatakan  ketika kami menghargai martabat kami sebagai moral, seperti mengembangkan baka, menjaga kapasitas untuk agen rasional dalam urutan yang baik, dan menjaga kesehatan. Kita memiliki penghargaan terhadap diri sendiri ketika kita menghargai diri kita dengan baik untuk keutamaan dan pencapaian khusus. Secara paralel, psikolog membedakan self esteem global (yang secara luas berfokus pada nilai umum seseorang) dan self esteem spesifik (yang difokuskan pada kualitas atau prestasi tertentu). Ketika para profesional kesehatan membuat self esteem sebagai tanda kesehatan mental, mereka biasanya memiliki pikiran yang dibenarkan, global, dan stabil. Dengan demikian, harga diri yang mendefinisikan kesehatan sangat tumpang tindih dengan pengakuan harga diri (Martin, 2006).

Baca Juga: Fenomena Toxic Parenting dalam Keluarga


Daftar Pustaka

Martin, M. W. (2006). From Morality to Mental Health. New York. Oxford University Press, Inc.  

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to " Self-Esteem and Self-Respect"

Posting Komentar